Playing Card's Remi Magic Minor By Minorya Art Creations
Art - Educations - Games
♥ Heart atau Hati
Berikut Minorya Art Creations akan membahas lebih lanjut tentang simbol kartu Heart/ Hati pada kartu permainan, games dan edukasi yang di produksi oleh minorya art creations dengan setiap karya ilustrasi yang menyimbolkan setiap makna pda kartu.
Jika anda tertarik dapat me nghubungi kontak atau mengunjungi link yang tersedia.
Bud adalah bunga dari tanaman ganja betina. Itu ditutupi trikoma seperti rambut kecil yang mengandung cannabinoid. Bunga muncul saat tanaman berumur 7-14 minggu dan membutuhkan waktu satu bulan atau lebih untuk berkembang sepenuhnya. Bud dapat diasapi, diuapkan, atau diproses untuk mengekstrak bahan aktifnya untuk digunakan dalam konsentrat dan makanan.
"Bud" merujuk pada bunga betina yang dihasilkan oleh tanaman ganja (Cannabis sativa atau Cannabis indica). Bunga ini memiliki kandungan senyawa-senyawa kimia yang membuat tanaman ganja dikenal karena sifat psikoaktifnya. Istilah "bud" sering digunakan untuk menggambarkan bagian tanaman yang paling bernilai secara komersial dan digunakan untuk produksi ganja yang dikonsumsi.
Berikut adalah beberapa poin yang dapat membantu menjelaskan konsep "bud" pada tanaman ganja:
1. Kandungan Senyawa Psikoaktif:
Bunga ganja mengandung kandungan senyawa utama seperti THC (tetrahydrocannabinol) dan CBD (cannabidiol), yang memiliki efek psikoaktif. Tingkat kandungan THC biasanya lebih tinggi pada varietas ganja yang dihasilkan untuk tujuan rekreasi.
2. Pilihan Strain dan Kualitas:
Bud yang dihasilkan oleh tanaman ganja dapat bervariasi tergantung pada jenis strain atau varietas tanaman. Berbagai strain dapat menghasilkan karakteristik bunga yang berbeda, termasuk aroma, rasa, dan efek psikoaktif.
3. Pemanenan dan Pengeringan:
Pemanenan bud merupakan proses kunci dalam budidaya ganja. Setelah pemanenan, bud kemudian dikeringkan untuk mempertahankan kandungan senyawa dan mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri yang tidak diinginkan.
4. Penggunaan Rekreasi atau Medis:
Bud ganja dapat digunakan untuk tujuan rekreasi atau medis, tergantung pada tujuan budidaya dan komposisi senyawa yang terkandung di dalamnya. Beberapa orang menggunakan bud ganja untuk meredakan gejala medis tertentu, seperti nyeri kronis atau kecemasan.
5. Pengawetan dan Penyimpanan:
Setelah pengeringan, bud ganja biasanya disimpan dengan hati-hati untuk mempertahankan kualitasnya. Penyimpanan yang baik membantu mencegah degradasi senyawa aktif dan mempertahankan aroma serta rasa yang diinginkan.
6. Legalitas:
Legalitas penggunaan dan penanaman bud ganja bervariasi di berbagai yurisdiksi. Beberapa wilayah atau negara mengizinkan penggunaan ganja secara rekreasi atau medis, sementara yang lain melarangnya. Penting untuk memahami dan mengikuti peraturan hukum setempat terkait ganja.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan ganja, terutama untuk tujuan rekreasi, harus mematuhi hukum setempat. Informasi ini bersifat umum dan dapat berubah sesuai dengan perubahan regulasi dan penelitian terkini.
Konsentrat SHATTER WAX BUDDER Konsentrat adalah bentuk ganja yang intens dan murni, mengandung hingga 90% THC. Resin kaya cannabinoid diekstraksi dari tunas ganja menggunakan butana atau gas lainnya dan dikompres menjadi konsentrat dengan tekstur mulai dari lengket hingga rapuh. Mereka dapat diuapkan untuk menciptakan kekuatan tinggi.
Dalam konteks tanaman ganja, istilah "konsentrat" merujuk pada produk yang dihasilkan melalui proses ekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tanaman ganja, khususnya senyawa-senyawa kanabinoid seperti THC (tetrahydrocannabinol) dan CBD (cannabidiol). Proses ekstraksi ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih bersifat murni dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pengobatan medis atau rekreasi.
Beberapa jenis konsentrat ganja yang umum melibatkan ekstraksi senyawa-senyawa aktif melalui metode tertentu. Berikut adalah beberapa jenis konsentrat ganja yang populer:
1. Hashish:
Hashish, atau hash, adalah konsentrat ganja yang dihasilkan dengan cara memisahkan kelenjar trichome dari tanaman dan kemudian dikompres menjadi blok atau bahan yang keras. Hashish biasanya mengandung konsentrasi THC yang tinggi.
2. Wax:
Wax adalah konsentrat ganja yang memiliki tekstur lilin atau mentega. Proses pembuatan wax melibatkan ekstraksi senyawa-senyawa aktif dengan menggunakan pelarut tertentu, dan kemudian pelarut tersebut dihilangkan, meninggalkan produk konsentrat.
3. Shatter:
Shatter adalah konsentrat ganja yang memiliki bentuk keras dan seringkali transparan atau kaca. Pembuatan shatter melibatkan proses ekstraksi menggunakan pelarut dan kemudian diuapkan dengan hati-hati untuk menghasilkan produk yang rapuh.
4. Oil (Minyak):
Minyak ganja adalah konsentrat yang dihasilkan melalui ekstraksi senyawa-senyawa aktif menggunakan pelarut tertentu, seperti etanol atau CO2. Minyak ini dapat digunakan untuk merokok, vaporizer, atau dikonsumsi dengan cara tertentu.
5. Tincture:
Tincture adalah konsentrat ganja yang dihasilkan dengan merendam bahan ganja dalam pelarut seperti alkohol. Tincture dapat diambil secara sublingual atau ditambahkan ke minuman atau makanan.
6. Live Resin:
Live resin adalah konsentrat yang dihasilkan dari tanaman ganja segar yang belum mengalami proses pengeringan. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan cepat untuk menjaga keaslian senyawa-senyawa terkandung dalam tanaman.
7. Distillate:
Distillate adalah konsentrat ganja yang melibatkan proses destilasi untuk memisahkan senyawa-senyawa aktif. Ini menghasilkan produk dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa produksi dan penggunaan konsentrat ganja dapat melibatkan risiko tertentu, terutama jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan hukum setempat. Selain itu, dosis yang akurat dan pemahaman tentang produk konsentrat yang digunakan sangat penting untuk penggunaan yang aman dan efektif.
Penyakit kardiovaskular merujuk pada berbagai penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah (arteri dan Vena). Peneliti dari Bar-ilan University di ramatgan, Israel, melaporkan bahwa THC melindungi sel-sel jantung (cardyomyocytes) dari kerusakan akibat "hipoxia" (rendahnya konsentrasi darah dalam oksigen). Aktivasi reseptor CB2 oleh THC juga memicu produksi nitric oxide (NO) yang memberi sinya pada otot halus pbuluh darah untuk beristirahat dan kemudian memperbesar arteri hingga melancarkan laju aliran darah
Informasi terkait manfaat ganja terhadap kesehatan kardiovaskular masih kontroversial, dan penelitian ilmiah terkait hal ini masih terbatas. Beberapa penelitian menunjukkan potensi manfaat, sementara yang lain menyoroti risiko terkait. Di bawah ini adalah beberapa manfaat yang mungkin terkait dengan penggunaan ganja pada kesehatan kardiovaskular beserta sumber referensi:
1. Efek Antiinflamasi:
Sumber: Franco, V., Perucca, E. (2019). "Pharmacological and Therapeutic Properties of Cannabidiol for Epilepsy." Drugs, 79(13), 1435–1454.
Ringkasan: CBD (cannabidiol), salah satu senyawa dalam ganja, telah diketahui memiliki sifat antiinflamasi. Inflamasi dapat menjadi faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular.
2. Efek Vasodilator:
Sumber: Jadoon, K. A., Ratcliffe, S. H., Barrett, D. A., Thomas, E. L., Stott, C., Bell, J. D., ... Tan, G. D. (2016). "Efficacy and Safety of Cannabidiol and Tetrahydrocannabivarin on Glycemic and Lipid Parameters in Patients With Type 2 Diabetes: A Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled, Parallel Group Pilot Study." Diabetes Care, 39(10), 1777–1786.
Ringkasan: Beberapa penelitian praklinis telah menunjukkan bahwa ganja dapat memiliki efek vasodilator, yang berarti dapat melebarkan pembuluh darah. Ini dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi tekanan darah.
3. Pengelolaan Nyeri dan Stres:
Sumber: National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine. (2017). "The Health Effects of Cannabis and Cannabinoids: The Current State of Evidence and Recommendations for Research." The National Academies Press.
Ringkasan: Ganja telah digunakan untuk manajemen nyeri kronis. Pengurangan tingkat stres dan nyeri dapat secara positif memengaruhi kesehatan jantung.
4. Perlindungan Iskemia-Reperfusion:
Sumber: Pacher, P., Bátkai, S., & Kunos, G. (2018). "The Endocannabinoid System as an Emerging Target of Pharmacotherapy." Pharmacological Reviews, 70(3), 472–510.
Ringkasan: Beberapa penelitian praklinis menunjukkan bahwa aktivasi sistem endokannabinoid dapat memberikan perlindungan terhadap iskemia-reperfusion, suatu kondisi di mana suplai darah ke jantung terhenti dan kemudian dipulihkan.
Edibles/Ganja pangan biasanya dimasukkan ke dalam berbagai makanan juga minuman, seperti Teh, kue kering, cokelat, dan dendeng. Edibles dapat mengandung antara 5 mg dan 100 mg THC. Mereka memungkinkan pengguna untuk menikmati manfaat ganja tanpa efek berbahaya dari merokok, Edibles dapat menghasilkan tinggi yang lebih lama dan lebih intens daripada ganja yang dihirup, membutuhkan waktu hingga 2 jam untuk memulai.
"Edibles" merujuk pada produk pangan atau minuman yang mengandung ganja atau senyawa kanabinoid darinya. Produk ini menjadi populer dalam industri ganja karena memberikan cara alternatif untuk mengonsumsi ganja, terutama bagi mereka yang ingin menghindari merokok atau merasa tidak nyaman dengan penggunaan rokok. Edibles dapat berbentuk makanan seperti kue, permen, cokelat, minuman, dan produk pangan lainnya.
Manfaat Edibles pada Ganja:
1. Metode Konsumsi yang Disesuaikan:
Sumber: Grotenhermen, F. (2003). "Pharmacokinetics and pharmacodynamics of cannabinoids." Clinical Pharmacokinetics, 42(4), 327–360.
Ringkasan: Edibles memberikan metode konsumsi yang lebih disesuaikan dengan preferensi individu, terutama bagi mereka yang tidak ingin atau tidak bisa merokok. Metode ini juga memungkinkan pengguna untuk mengontrol dosis dengan lebih baik.
2. Durasi Efek yang Lebih Lama:
Sumber: Huestis, M. A. (2007). "Human Cannabinoid Pharmacokinetics." Chemistry & Biodiversity, 4(8), 1770–1804.
Ringkasan: Efek ganja dari edibles biasanya berlangsung lebih lama dibandingkan dengan merokok. Ini dapat bermanfaat bagi mereka yang mencari efek yang berkepanjangan untuk manajemen nyeri kronis atau gangguan tidur.
3. Tidak Menghasilkan Asap:
Sumber: Mittleman, M. A., Lewis, R. A., Maclure, M., Sherwood, J. B., & Muller, J. E. (2001). "Triggering Myocardial Infarction by Marijuana." Circulation, 103(23), 2805–2809.
Ringkasan: Edibles tidak menghasilkan asap, yang dapat mengurangi risiko terkait dengan merokok dan meminimalkan paparan terhadap zat-zat berbahaya yang terdapat dalam asap tembakau atau ganja.
4. Pilihan Varian Produk:
Sumber: Barrus, D. G., Capogrossi, K. L., Cates, S. C., Gourdet, C. K., Peiper, N. C., Novak, S. P., ... & Wiley, J. L. (2016). "Tasty THC: Promises and Challenges of Cannabis Edibles." Methods Report, 2016(6), 481–482.
Ringkasan: Edibles hadir dalam berbagai varian dan rasa, memberikan pilihan yang lebih luas bagi konsumen. Ini juga memungkinkan produsen untuk menciptakan produk dengan dosis yang terukur.
5. Potensi untuk Meredakan Nyeri dan Gejala Medis Lainnya:
Sumber: Whiting, P. F., Wolff, R. F., Deshpande, S., Di Nisio, M., Duffy, S., Hernandez, A. V., ... & Kleijnen, J. (2015). "Cannabinoids for Medical Use: A Systematic Review and Meta-analysis." JAMA, 313(24), 2456–2473.
Ringkasan: Ganja, termasuk dalam bentuk edibles, telah digunakan untuk meredakan nyeri kronis, mual dan muntah akibat kemoterapi, serta gejala lainnya pada beberapa kondisi medis tertentu.
Efek edibles biasanya memerlukan lebih banyak waktu untuk muncul dibandingkan dengan merokok atau vaporizing. Oleh karena itu, pengguna harus bijak dalam penggunaan dan memahami waktu onset dan durasi efek yang berbeda dari produk edibles. Konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum mencoba produk ganja atau edibles, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Tetrahydrocannabinol (THC) adalah cannabinoid paling banyak di sebagian besar jenis ganja, dan bahan psikoaktif utama. Ini mengikat reseptor cannabinoid di otak, mengubah fungsi neuron dan meningkatkan produksi dopamin, yang menghasilkan euforia tinggi. THC adalah anti-inflamasi, anti-kejang, penghilang rasa sakit, dan neuroprotektif.
Tetrahydrocannabinol (THC) adalah salah satu senyawa kimia utama yang terdapat dalam tanaman ganja (Cannabis sativa atau Cannabis indica). THC adalah senyawa yang memberikan efek psikoaktif atau berasal dari sifat psikotropika ganja. Ini adalah senyawa yang paling bertanggung jawab atas perasaan "high" atau euforia yang biasanya terkait dengan penggunaan ganja. Berikut adalah beberapa informasi tentang kandungan THC dan potensi manfaatnya:
Kandungan THC pada Ganja:
1. Efek Psikoaktif:
THC adalah senyawa yang memberikan efek psikoaktif pada pengguna ganja. Ini memengaruhi sistem saraf pusat dan menghasilkan perubahan suasana hati, persepsi, dan persepsi sensorik.
2. Aktivasi Reseptor Cannabinoid:
THC bekerja dengan mengikat dan mengaktifkan reseptor cannabinoid di dalam tubuh, terutama reseptor tipe 1 (CB1) yang terdapat di otak dan sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini memicu berbagai efek psikotropika.
3. Dosis-Dependen:
Efek THC bersifat dosis-dependen, artinya efeknya dapat bervariasi tergantung pada jumlah THC yang dikonsumsi. Dosis rendah mungkin menghasilkan efek relaksasi, sedangkan dosis tinggi dapat menghasilkan efek psikotropika yang lebih kuat.
4. Potensi Risiko Psikologis:
Meskipun banyak orang mengalami efek positif dari THC, penggunaan berlebihan atau pada dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping psikologis negatif seperti kecemasan, paranoia, dan psikosis sementara.
Potensi Manfaat THC:
1. Manajemen Nyeri:
THC telah digunakan untuk meredakan nyeri kronis, seperti pada kasus nyeri akibat arthritis atau penyakit kanker. Ini terkait dengan kemampuannya mengurangi peradangan dan mempengaruhi persepsi nyeri.
2. Stimulasi Nafsu Makan:
THC telah digunakan untuk merangsang nafsu makan, terutama pada pasien yang mengalami penurunan berat badan akibat penyakit seperti HIV/AIDS atau kanker. Efek ini dikenal sebagai "munchies."
3. Mengatasi Mual dan Muntah:
THC memiliki sifat antiemetik dan dapat membantu mengatasi mual dan muntah, terutama pada pasien yang menjalani kemoterapi atau memiliki gangguan mual lainnya.
4. Manajemen Gangguan Tidur:
Beberapa orang melaporkan bahwa THC dapat membantu mereka tidur dengan lebih baik, meskipun efek ini dapat bervariasi dari individu ke individu.
5. Pengelolaan Gangguan Neurologis:
THC telah menjadi fokus penelitian dalam mengelola beberapa kondisi neurologis, termasuk epilepsi dan sklerosis multipel. Namun, penelitian ini masih dalam tahap awal dan memerlukan lebih banyak bukti ilmiah.
Sebelum menggunakan produk ganja atau THC untuk tujuan medis, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan yang berpengetahuan. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa legalitas penggunaan ganja dan THC berbeda-beda di berbagai yurisdiksi.
CBD Cannabidiol (CBD) adalah cannabinoid dengan banyak aplikasi obat dan tidak ada efek psikoaktif. Ini umumnya ditemukan hanya dalam jumlah kecil di ganja, kecuali untuk jenis tertentu yang dibiakkan untuk meningkatkan CBD. Dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi kecemasan, kejang, mual, dan peradangan. CBD juga dapat melawan efek psikoaktif THC.
CBD, atau cannabidiol, adalah salah satu senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman ganja (Cannabis sativa atau Cannabis indica). CBD tidak memiliki sifat psikoaktif seperti THC (tetrahydrocannabinol), yang berarti penggunaannya tidak menyebabkan perasaan "high" atau euforia yang sering terkait dengan ganja. Berikut adalah informasi mengenai kandungan CBD pada ganja, manfaatnya yang potensial, dan sumber-sumbernya:
Kandungan CBD pada Ganja:
1. Non-Psikoaktif:
CBD adalah senyawa non-psikoaktif, yang berarti penggunaannya tidak mengubah kesadaran atau menyebabkan efek euforia.
2. Interaksi dengan Sistem Endokannabinoid:
CBD berinteraksi dengan sistem endokannabinoid dalam tubuh. Sistem ini terlibat dalam regulasi berbagai fungsi fisiologis, termasuk tidur, nafsu makan, mood, dan respons kekebalan tubuh.
3. Ekstraksi dari Tanaman Ganja:
CBD dapat diekstraksi dari tanaman ganja, dan kemudian diisolasi untuk digunakan dalam produk-produk tertentu seperti minyak CBD, kapsul, krim, atau makanan.
Manfaat CBD dan Sumber-sumbernya:
1. Manajemen Nyeri:
Sumber: Baron, E. P. (2018). "Medicinal Properties of Cannabinoids, Terpenes, and Flavonoids in Cannabis, and Benefits in Migraine, Headache, and Pain: An Update on Current Evidence and Cannabis Science." Headache: The Journal of Head and Face Pain, 58(7), 1139–1186.
Ringkasan: CBD telah menunjukkan potensi untuk meredakan nyeri, termasuk nyeri kronis dan nyeri yang terkait dengan kondisi tertentu seperti arthritis.
2. Reduksi Kejang pada Epilepsi:
Sumber: Devinsky, O., Cross, J. H., Laux, L., Marsh, E., Miller, I., Nabbout, R., ... & Cannabidiol in Dravet Syndrome Study Group. (2017). "Trial of Cannabidiol for Drug-Resistant Seizures in the Dravet Syndrome." New England Journal of Medicine, 376(21), 2011–2020.
Ringkasan: CBD telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi kejang pada beberapa bentuk epilepsi, terutama pada anak-anak dengan sindrom Dravet.
3. Mengatasi Kecemasan dan Depresi:
Sumber: Blessing, E. M., Steenkamp, M. M., Manzanares, J., & Marmar, C. R. (2015). "Cannabidiol as a Potential Treatment for Anxiety Disorders." Neurotherapeutics, 12(4), 825–836.
Ringkasan: Beberapa penelitian praklinis dan klinis menunjukkan bahwa CBD dapat memiliki efek anxiolitik (anti-kecemasan) dan potensi untuk mengurangi gejala depresi.
4. Pengurangan Nausea dan Muntah:
Sumber: Parker, L. A., Rock, E. M., & Limebeer, C. L. (2011). "Regulation of nausea and vomiting by cannabinoids." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1411–1422.
Ringkasan: CBD telah diteliti karena potensi antiemetiknya dan dapat membantu mengurangi mual dan muntah, terutama pada pasien yang menjalani kemoterapi.
5. Potensi Antiinflamasi:
Sumber: Nagarkatti, P., Pandey, R., Rieder, S. A., Hegde, V. L., & Nagarkatti, M. (2009). "Cannabinoids as novel anti-inflammatory drugs." Future Medicinal Chemistry, 1(7), 1333–1349.
Ringkasan: CBD memiliki sifat antiinflamasi dan dapat berpotensi membantu dalam meredakan peradangan dalam berbagai kondisi, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Antibiotik nafsu makan, antidepresan, mengurangi rasa sakit, dan dapat meningkatkan THC CBD, mereka masih memiliki efek hadir dalam jumlah kecil dibandingkan ditemukan di ganja. Sementara sebagian besar Ada setidaknya 113 cannabinoids Cannabinoids lainnya
Ganja mengandung lebih dari 113 senyawa kimia yang dikenal sebagai kanabinoid. Meskipun CBD (cannabidiol) dan THC (tetrahydrocannabinol) adalah dua kanabinoid yang paling banyak dipelajari, masih ada banyak zat kanabinoid lainnya dalam tanaman ganja yang juga dapat memberikan berbagai manfaat, termasuk potensi sifat antiinflamasi.
Berikut adalah beberapa zat kanabinoid yang dapat ditemukan dalam tanaman ganja dan potensi manfaat antiinflamasi mereka:
1. CBD (Cannabidiol):
Manfaat Antiinflamasi: CBD telah menunjukkan potensi antiinflamasi dalam beberapa penelitian. Ini dapat mengurangi produksi sitokin proinflamasi dan memodulasi respons sistem kekebalan tubuh.
Sumber: Nagarkatti, P., Pandey, R., Rieder, S. A., Hegde, V. L., & Nagarkatti, M. (2009). "Cannabinoids as novel anti-inflammatory drugs." Future Medicinal Chemistry, 1(7), 1333–1349.
2. THC (Tetrahydrocannabinol):
Manfaat Antiinflamasi: THC juga telah menunjukkan sifat antiinflamasi, terutama terkait dengan pengurangan produksi sitokin proinflamasi dan pengaruh pada reseptor cannabinoid dalam sistem endokannabinoid.
Sumber: Klein, T. W., Newton, C., Larsen, K., Lu, L., Perkins, I., Nong, L., & Friedman, H. (2003). "The Cannabinoid System and Immune Modulation." Journal of Leukocyte Biology, 74(4), 486–496.
3. CBG (Cannabigerol):
Manfaat Antiinflamasi: CBG memiliki potensi antiinflamasi melalui penghambatan pelepasan histamin dan modulasi respons imun.
Sumber: Borrelli, F., Fasolino, I., Romano, B., Capasso, R., Maiello, F., Coppola, D., ... & Izzo, A. A. (2013). "Beneficial effect of the non-psychotropic plant cannabinoid cannabigerol on experimental inflammatory bowel disease." Biochemical Pharmacology, 85(9), 1306–1316.
4. CBC (Cannabichromene):
Manfaat Antiinflamasi: CBC juga memiliki potensi antiinflamasi melalui interaksi dengan sistem endokannabinoid dan pengaruhnya terhadap mediator inflamasi.
Sumber: DeLong, G. T., Wolf, C. E., Poklis, A., & Lichtman, A. H. (2010). "Pharmacological Evaluation of the Natural Constituent of Cannabis sativa, Cannabichromene and Its Modulation by Δ9-Tetrahydrocannabinol." Drug and Alcohol Dependence, 112(1–2), 126–133.
5. THCV (Tetrahydrocannabivarin):
Manfaat Antiinflamasi: THCV telah menunjukkan sifat antiinflamasi, terutama dalam mengurangi produksi sitokin proinflamasi dan modulasi aktivitas sel imun.
Sumber: Scuderi, C., Steardo, L., & Esposito, G. (2014). "Cannabidiol Promotes Amyloid Precursor Protein Ubiquitination and Reduction of Beta Amyloid Expression in SHSY5YAPP+ Cells Through PPARγ Involvement." Phytotherapy Research, 28(7), 1007–1013.
terdapat berbagai zat cannabinoid lainnya dalam tanaman ganja. Berikut adalah penjelasan singkat:
6. CBN (Cannabinol):
Potensi efek sedatif, dan memiliki aktivitas antibiotik.
7. CBGA (Cannabigerolic Acid):
Merupakan prekursor utama untuk pembentukan senyawa lainnya seperti THC, CBD, dan CBC.
8. CBDA (Cannabidiolic Acid):
Versi asam dari CBD, sering ditemukan dalam jumlah signifikan di tanaman ganja muda.
9. CBCA (Cannabichromenic Acid):
Prekursor dari CBC, terjadi dalam bentuk asam sebelum proses dekarboksilasi.
10. CBGVA (Cannabigerovarinic Acid):
Prekursor untuk CBGV, terdapat dalam tanaman ganja dalam bentuk asam.
11. THCA (Tetrahydrocannabinolic Acid):
Versi asam dari THC, yang kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi THC melalui panas atau penuaan juga hadir dalam tanaman ganja sebelum proses dekarboksilasi.
12. THCVA (Tetrahydrocannabivarinic Acid):
Prekursor untuk THCV, terjadi dalam bentuk asam di tanaman ganja.
13. CBGVA (Cannabigerovarinic Acid):
Prekursor untuk CBGV, terdapat dalam tanaman ganja dalam bentuk asam.
14. CBCVA (Cannabichromevarinic Acid):
Prekursor untuk CBCV, terjadi dalam bentuk asam di tanaman ganja, hadir dalam bentuk asam sebelum dekarboksilasi
15. CBN (Cannabigerovarin):
Varian dari CBG, hadir dalam jumlah kecil di beberapa varietas ganja.
16. CBN (Cannabinodiol):
Beberapa penelitian menunjukkan potensi aktivitas antibakteri dan antioksidan.
17. CBDV (Cannabidivarin):
Mirip dengan CBD, namun memiliki rantai samping yang lebih pendek. Diketahui memiliki potensi antikonvulsan.
18. THCV (Tetrahydrocannabivarinic Acid):
Prekursor untuk THCV, hadir dalam bentuk asam sebelum dekarboksilasi.
19. CBGV (Cannabigerovarin):
Varian dari CBG, hadir dalam jumlah kecil di beberapa varietas ganja.
20. CBCV (Cannabichromevarin):
Varian dari CBC, hadir dalam jumlah kecil di beberapa varietas ganja.
21. CBDVA (Cannabidivarinic Acid):
Prekursor untuk CBDV, hadir dalam bentuk asam sebelum dekarboksilasi.
Sebagian besar zat cannabinoid tersebut hadir dalam bentuk asam sebelum mengalami proses dekarboksilasi melalui pemanasan atau penuaan dan potensi manfaat dari banyak zat cannabinoid ini masih menjadi area penelitian yang aktif, dan informasi dapat berubah seiring dengan penemuan baru dalam ilmu pengetahuan ganja.
Linalool: mengurangi rasa sakit, meredakan kecemasan, melawan insomnia
Myrcene: meningkatkan efek THC, obat penenang dan anti-inflamasi
Limonene: meningkatkan mood, meredakan nyeri lambung
Beta-caryophyllene: anti-inflamasi, antibakteri
Alpha-pinene: bronkodilator, antibakteri
Terpen adalah senyawa yang bertanggung jawab untuk aroma ganja. Mereka juga terkandung dalam tanaman lain, seperti yang ditunjukkan di atas. Mereka bekerja bersama-sama dengan cannabinoids untuk memberikan beragam manfaat kesehatan.
Terpen adalah senyawa yang memberikan aroma karakteristik pada tanaman, termasuk tanaman ganja. Mereka tidak hanya memberikan aroma, tetapi juga dapat memiliki potensi manfaat kesehatan dan efek samping dalam penggunaan ganja. Berikut adalah beberapa terpen yang umumnya ditemukan pada ganja beserta potensi manfaat dan sumber penemuan mereka:
1. Myrcene:
Aroma: Bumi, musky, herbal.
Manfaat:
Potensi sifat relaksan otot dan antiinflamasi.
Diketahui memiliki efek sedatif dan dapat meningkatkan efek THC.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
2. Limonene:
Aroma: Citrus, segar.
Manfaat:
Diketahui memiliki potensi antidepresan dan anti-kecemasan.
Mungkin memiliki sifat antiinflamasi.
Sumber: Katsuyama, S., Mizoguchi, H., Kuwahata, H., Komatsu, T., Nagaoka, K., Nakamura, H., ... & Egashira, N. (2013). "Involvement of Peripheral Cannabinoid and Opioid Receptors in β-Caryophyllene-Induced Antinociception." European Journal of Pain, 17(5), 664–675.
3. Pinene:
Aroma: Kayu cemara, pine.
Manfaat:
Diketahui memiliki sifat bronkodilator (memperluas saluran udara) dan antiinflamasi.
Potensi meningkatkan perhatian dan kewaspadaan.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
4. Caryophyllene:
Aroma: Herbal, spicy.
Manfaat:
Diketahui memiliki sifat antiinflamasi dan analgesik.
Unik karena dapat berinteraksi dengan reseptor CB2 dalam sistem endokannabinoid.
Sumber: Gertsch, J., Leonti, M., Raduner, S., Racz, I., Chen, J. Z., Xie, X. Q., ... & Zimmer, A. (2008). "Beta-Caryophyllene is a Dietary Cannabinoid." Proceedings of the National Academy of Sciences, 105(26), 9099–9104.
5. Linalool:
Aroma: Bunga, lavender.
Manfaat:
Diketahui memiliki potensi efek relaksan dan anti-kecemasan.
Mungkin memiliki sifat anti-kejang.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
6. Humulene:
Aroma: Earthy, woody.
Manfaat:
Diketahui memiliki potensi sifat antiinflamasi dan supresi nafsu makan.
Mungkin memiliki sifat antitumor.
Sumber: Legault, J., Dahl, W., Debiton, E., Pichette, A., & Madelmont, J. C. (2003). "Antitumor Activity of Balsam Fir Oil: Production of Reactive Oxygen Species Induced by alpha-Humulene as Possible Mechanism of Action." Planta Medica, 69(5), 402–407.
7. Terpinolene:
Aroma: Floral, herbal, citrus.
Manfaat:
Diketahui memiliki potensi sifat sedatif dan antioksidan.
Mungkin memiliki efek antitumor.
Sumber: Jin, D. Q., Lee, J. Y., & Kim, Y. H. (2003). "Terpinolene: A Bioactive Compound from the Aerial Parts of Juniperus Chinensis." Planta Medica, 69(5), 94–96.
Respon individu terhadap terpen dapat bervariasi. Selain itu, kebanyakan penelitian dilakukan pada level laboratorium atau pada hewan percobaan, dan lebih banyak penelitian klinis pada manusia diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam manfaat dan efek sampingnya.
Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah silangan modern Cannabis indica yang berasal dari india dengan Cannabis sativa dari barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di indonesia. Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Gogolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi rileks berlebihan, dan malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin)
Beberapa orang melaporkan pengalaman positif, sementara yang lain mungkin tidak mengalami hal yang sama. Berikut adalah penjelasan tentang manfaat ganja dalam konteks kreativitas dan spiritualitas, bersama dengan beberapa sumber literatur dan budaya yang mencerminkan pandangan tersebut:
1. Kreativitas:
Stimulasi Pikiran Kreatif:
Beberapa pengguna ganja melaporkan bahwa senyawa aktifnya, terutama THC, dapat merangsang imajinasi dan pemikiran kreatif.
Sumber: Carson, R. G. (2016). "Cannabis and Creativity: Highly Potent Cannabis Impairs Divergent Thinking in Regular Cannabis Users." Psychopharmacology, 233(6), 1123–1134.
Peningkatan Asosiasi dan Keterkaitan Ide:
Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan ganja dapat meningkatkan keterkaitan ide dan asosiasi kreatif dalam pemikiran.
Sumber: Schafer, G., Feilding, A., Morgan, C. J., Agathangelou, M., Freeman, T. P., & Curran, H. V. (2012). "Investigating the interaction between schizotypy, divergent thinking and cannabis use." Consciousness and Cognition, 21(1), 292–298.
Pemahaman yang Mendalam terhadap Seni dan Musik:
Beberapa seniman dan musisi melaporkan bahwa ganja dapat membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap seni dan musik.
Sumber: Halpern, J. H., & Pope Jr, H. G. (2003). "Hallucinogen Persisting Perception Disorder: What do we know after 50 years?" Drug and Alcohol Dependence, 69(2), 109–119.
2. Spiritualitas:
Peningkatan Keterhubungan Spiritual:
Beberapa individu melaporkan pengalaman spiritual dan rasa keterhubungan yang lebih dalam dengan diri sendiri atau sesuatu yang lebih besar saat menggunakan ganja.
Sumber: Grob, C. S., Danforth, A. L., Chopra, G. S., Hagerty, M., McKay, C. R., Halberstadt, A. L., & Greer, G. R. (2011). "Pilot study of psilocybin treatment for anxiety in patients with advanced-stage cancer." Archives of General Psychiatry, 68(1), 71–78.
Penggunaan dalam Upacara Keagamaan:
Beberapa budaya dan agama mengintegrasikan ganja dalam upacara keagamaan sebagai sarana untuk mencapai pengalaman spiritual atau ekstasis.
Sumber: "The Sacred and the Profane: Cannabis in Religious and Spiritual Contexts." (2018). In S. Chandra et al. (Eds.), Cannabis sativa L. - Botany and Biotechnology (pp. 333–352).
Pencarian Makna Hidup:
Penggunaan ganja dalam beberapa kasus dikaitkan dengan pencarian makna hidup dan refleksi spiritual.
Sumber: Krebs, T. S., & Johansen, P. Ø. (2013). "Psychedelics and Mental Health: A Population Study." PLoS ONE, 8(8), e63972.
3. Budaya Literatur di Dunia:
Penggambaran dalam Sastra dan Musik:
Ganja sering digambarkan dalam sastra dan musik sebagai alat untuk eksplorasi pikiran, pengalaman spiritual, dan kreativitas.
Sumber: Misra, R. P. (2003). "Marijuana in Ancient Greece and Rome?" The Yale Journal of Biology and Medicine, 76(1), 1–6.
Warisan Budaya dalam Penggunaan Ganja:
Beberapa budaya, seperti Rastafari di Jamaika, menganggap ganja sebagai tanaman suci dan menggunakannya dalam konteks spiritual.
Sumber: Chevannes, B. (1994). "Rastafari: Roots and Ideology." Syracuse University Press.
Penting untuk diingat bahwa sifat spiritual dan kreatif pengalaman dengan ganja sangat tergantung pada set dan setting, dosis, serta keadaan mental individu. Selain itu, dampak kesehatan dan hukum harus selalu diperhatikan. Ganja tidak selalu cocok untuk setiap orang, dan setiap penggunaan harus dilakukan secara bertanggung jawab. Sebelum mencoba atau menggunakan ganja untuk tujuan kreativitas atau spiritualitas, konsultasikan dengan profesional kesehatan atau ahli
Efek bersamaan Secara teori adalah cara dimana cannabinoid dan terpen non-psikoaktif dapat mengubah efek psikoaktif dan fisik THC. Meskipun belum divalidasi secara ilmiah, efek bersamaan sering digunakan untuk menjelaskan mengapa jenis yang berbeda tampaknya memiliki efek yang berbeda.
Konsep "entourage effect" (efek bersamaan) mengacu pada ide bahwa kombinasi dari berbagai senyawa aktif dalam tanaman ganja, terutama cannabinoid dan terpen, dapat menghasilkan efek yang lebih kuat atau lebih baik daripada yang dihasilkan oleh satu senyawa secara individual. Dalam konteks ini, entourage effect seringkali dibahas dalam hubungannya dengan senyawa psikoaktif utama dalam ganja, THC (tetrahydrocannabinol).
Beberapa poin penting tentang entourage effect:
1. Sinergi Antara Cannabinoid:
CBD (cannabidiol) adalah salah satu cannabinoid utama yang sering dikaji dalam hubungannya dengan entourage effect. Kombinasi THC dan CBD telah diketahui dapat menghasilkan efek yang berbeda dibandingkan dengan penggunaan masing-masing senyawa secara terpisah.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
2. Peran Terpen:
Terpen, senyawa yang memberikan aroma pada ganja, juga diketahui berperan dalam entourage effect. Terpen dapat memodulasi efek psikoaktif THC dan menyumbang pada karakteristik unik dari berbagai strain ganja.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
3. Pengaruh Kompleks:
Entourage effect menciptakan suatu pengaruh yang kompleks, di mana interaksi antara berbagai senyawa mempengaruhi pengalaman pengguna. Misalnya, kombinasi THC, CBD, dan terpen tertentu dapat menghasilkan efek yang berbeda dari kombinasi lainnya.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
4. Efek pada Keamanan dan Tolerabilitas:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kombinasi senyawa dalam entourage effect dapat memberikan manfaat pada keamanan dan tolerabilitas penggunaan ganja.
Sumber: Pamplona, F. A., da Silva, L. R., & Coan, A. C. (2018). "Potential Clinical Benefits of CBD-Rich Cannabis Extracts Over Purified CBD in Treatment-Resistant Epilepsy: Observational Data Meta-analysis." Frontiers in Neurology, 9, 759.
5. Dukungan Medis:
Entourage effect telah mendapatkan perhatian dalam konteks pengembangan obat berbasis ganja. Pengembangan produk yang mengandung kombinasi cannabinoid dan terpen menjadi fokus penelitian untuk mengoptimalkan manfaat terapeutik dan mengurangi efek samping.
Sumber: Russo, E. B. (2011). "Taming THC: Potential Cannabis Synergy and Phytocannabinoid‐Terpenoid Entourage Effects." British Journal of Pharmacology, 163(7), 1344–1364.
Perlu dicatat bahwa meskipun ada bukti dan dukungan konsep entourage effect, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara lebih rinci interaksi kompleks antara berbagai senyawa dalam ganja dan bagaimana mereka memengaruhi efek secara keseluruhan. Pemahaman ini dapat membantu pengembangan penggunaan terapeutik yang lebih efektif dan aman dari tanaman ganja.
Glaukoma adalah penyakit saraf mata dengan ciri berkurang nya jangkauan pada mata, 3 faktor utama penyebab glaukoma adalah tingginya tekanan cairan dalam bola mata, penurunan fungsi sel saraf mata, dan menipisnya kepala sel saraf penglihatan. Para pemakai ganja sangat familiar "mabuk" ganja menyebabkan mata merah sangat berdampak positif bagi kesehatan mata yang menunjukan bahwa memerahnya mata akibat turunnya IOP (Intra Ocular Pressure) atau tekanan cairan dalam bola mata yang menjadi salah satu faktor penyebab glaukoma
Glaukoma adalah suatu kondisi mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan menyebabkan kerusakan penglihatan. Beberapa penelitian telah mengevaluasi potensi manfaat ganja terhadap glaukoma, terutama karena sifat penurun tekanan bola mata (intraokular) dari beberapa senyawa dalam ganja, seperti THC (tetrahydrocannabinol). Namun, sementara ganja dapat memberikan penurunan sementara dalam tekanan bola mata, penelitian dan pendekatan medis yang lebih terkini cenderung lebih memilih terapi lain yang lebih spesifik dan efektif.
Berikut adalah beberapa informasi terkait manfaat ganja terhadap glaukoma beserta sumbernya:
1. Penurunan Tekanan Bola Mata:
HC dalam ganja telah terbukti memiliki sifat penurun tekanan bola mata, yang dapat membantu mengurangi tekanan intraokular sementara.
Sumber: Tomida, I., Pertwee, R. G., & Azuara-Blanco, A. (2004). "Cannabis and glaucoma: animal and human studies." European Journal of Ophthalmology, 14(6), 206–210.
2. Keterbatasan Efek dan Durasi:
Meskipun ganja dapat memberikan penurunan tekanan bola mata, efeknya cenderung bersifat sementara dan dapat berkisar dalam durasi waktu yang singkat, sehingga penggunaan berulang atau konstan mungkin diperlukan.
Sumber: Novack, G. D. (2016). "Role of Cannabinoids in the Treatment of Glaucoma." Investigative Ophthalmology & Visual Science, 57(7), 3305–3306.
3. Keterbatasan sebagai Pengobatan Utama:
Ganja tidak lagi dianggap sebagai pilihan pengobatan utama untuk glaukoma. Terdapat banyak obat-obatan lain yang lebih efektif dan memiliki tolerabilitas yang lebih baik dalam mengendalikan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan.
Sumber: National Eye Institute (NEI). (2019). "Facts About Glaucoma."
4. Efek Samping dan Ketergantungan:
Penggunaan ganja untuk glaukoma dapat terkait dengan efek samping, seperti perubahan mental dan ketergantungan. Oleh karena itu, pendekatan medis yang lebih canggih dan spesifik seringkali lebih diutamakan.
Sumber: American Academy of Ophthalmology (AAO). (2020). "Marijuana and Eye Health."
5. Pendekatan Pengobatan Modern:
Pengobatan modern untuk glaukoma lebih sering melibatkan penggunaan obat-obatan preskripsi, prosedur bedah, atau terapi laser untuk mengontrol tekanan bola mata dan mencegah kerusakan saraf optik.
Sumber: Weinreb, R. N., Khaw, P. T., & F. R. (2004). "Primary open-angle glaucoma." The Lancet, 363(9422), 1711–1720.
Pasien dengan glaukoma sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mata profesional untuk mendapatkan perawatan yang paling sesuai dan efektif untuk kondisi mereka. Selain itu, penggunaan ganja harus memperhitungkan aspek hukum dan etika, terutama di negara-negara di mana penggunaan ganja masih dilarang atau dibatasi secara hukum.
Alkohol & ganja Menggunakan alkohol dan ganja bersama-sama, atau 'crossfading, meningkatkan efek kedua obat. Alkohol memungkinkan THC diserap lebih cepat ke dalam darah, dan efek nafsu makan ganja dapat menyebabkan minum berlebihan. Ganja adalah anti-mual, yang meningkatkan risiko keracunan alkohol dengan mencegah muntah.
"Crossfading" atau "twisting" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan ganja dan alkohol secara bersamaan. Budaya dan manfaat dari praktik ini dapat bervariasi di seluruh dunia dan dapat dipengaruhi oleh norma-norma sosial, hukum, dan kebiasaan lokal. Berikut adalah gambaran umum tentang budaya dan manfaat crossfading, beserta beberapa sumber yang mencerminkan pandangan dari berbagai budaya dan negara:
Budaya dan Manfaat Crossfading:
1. Budaya di Barat:
Di beberapa budaya Barat, crossfading sering terjadi di lingkungan sosial, seperti pesta atau pertemuan teman. Penggunaan ganja dan alkohol bersama-sama dianggap sebagai cara untuk mencapai efek yang unik dan meningkatkan pengalaman rekreasi.
Sumber: Earleywine, M., & Newcomb, M. D. (1997). "Concurrent versus simultaneous polydrug use: Prevalence, correlates, discriminant validity, and prospective effects on health outcomes." Experimental and Clinical Psychopharmacology, 5(4), 353–364.
2. Budaya di Jamaika (Rastafari):
Dalam budaya Rastafari di Jamaika, ganja dianggap sebagai sacrament yang dapat meningkatkan pemahaman spiritual. Beberapa penganut Rastafari mungkin mengkombinasikan penggunaan ganja dengan kegiatan sosial atau ibadah, dan kadang-kadang minum rum atau minuman alkohol.
Sumber: Chevannes, B. (1994). "Rastafari: Roots and Ideology." Syracuse University Press.
3. Budaya di Amerika Latin:
Di beberapa negara Amerika Latin, terutama yang memiliki tradisi dalam penggunaan ganja atau konsumsi alkohol seperti tequila atau rum, crossfading dapat menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya.
Sumber: Reinarman, C., Cohen, P. D. A., & Kaal, H. L. N. (2004). "The Limited Relevance of Drug Policy: Cannabis in Amsterdam and in San Francisco." American Journal of Public Health, 94(5), 836–842.
4. Budaya di Eropa:
Di beberapa negara Eropa, di mana kebijakan narkotika dan kebiasaan sosial dapat bervariasi, crossfading dapat terjadi di berbagai konteks. Penggunaan ganja dan alkohol di klub atau festival mungkin menjadi hal yang umum.
Sumber: Hughes, C. E., & Stevens, A. (2010). "A resounding success or a disastrous failure: Re-examining the interpretation of evidence on the Portuguese decriminalization of illicit drugs." In R. Room, B. Fischer, C. Hall, W. Lenton, & P. Reuter (Eds.), Cannabis Policy: Moving Beyond Stalemate (pp. 63–75). Oxford University Press.
Manfaat dan Risiko:
1. Manfaat Perceived:
Beberapa individu melaporkan bahwa crossfading dapat meningkatkan efek pengalaman rekreasi, menciptakan perasaan rileks, atau memperluas persepsi.
Sumber: Metrik, J., Gunn, R. L., Jackson, K. M., Sokolovsky, A. W., & Borsari, B. (2018). "Daily patterns of marijuana and alcohol co-use among individuals with alcohol and cannabis use disorders." Alcoholism, Clinical and Experimental Research, 42(6), 1096–1104.
2. Risiko Terkait Kesehatan:
Penggunaan bersamaan ganja dan alkohol dapat meningkatkan risiko efek samping seperti mual, muntah, dan penurunan keseimbangan.
Sumber: Budney, A. J., Moore, B. A., Rocha, H. L., & Higgins, S. T. (2006). "Clinical trial of abstinence-based vouchers and cognitive-behavioral therapy for cannabis dependence." Journal of Consulting and Clinical Psychology, 74(2), 307–316.
3. Pengaruh terhadap Kognisi dan Motorik:
Crossfading dapat mempengaruhi kognisi, koordinasi motorik, dan respons waktu, sehingga dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau cedera.
Sumber: Ramaekers, J. G., Berghaus, G., van Laar, M., & Drummer, O. H. (2004). "Dose related risk of motor vehicle crashes after cannabis use." Drug and Alcohol Dependence, 73(2), 109–119.
4. Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental:
Kombinasi ganja dan alkohol juga dapat meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan mental, terutama bagi individu yang rentan terhadap gangguan kecemasan atau depresi.
Sumber: Cuttler, C., Mischley, L. K., & Sexton, M. (2016). "Sex differences in cannabis use and effects: A cross-sectional survey of cannabis users." Cannabis and Cannabinoid Research, 1(1), 166–175.
Meskipun crossfading mungkin umum di beberapa budaya atau kelompok, penggunaan bersamaan ganja dan alkohol memiliki risiko tertentu dan dapat memiliki dampak yang berbeda pada individu yang berbeda. Keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan kedua substansi ini bersama-sama harus dibuat dengan mempertimbangkan kesehatan pribadi, hukum setempat, dan norma-norma sosial. Langkah-langkah pencegahan dan pemahaman terkait risiko dapat membantu meminimalkan dampak negatif.
THC disimpan dalam sel-sel lemak tubuh, sehingga dapat dideteksi lebih lama daripada kebanyakan obat. Metabolit THC dari dosis tunggal ganja dapat muncul dalam darah hingga 24 jam dan dalam urin hingga seminggu. Pengguna berat dapat memiliki jumlah jejak dalam darah mereka selama seminggu dan urin mereka selama tiga bulan.
Pengujian obat, termasuk pengujian untuk deteksi THC (tetrahydrocannabinol) dalam tubuh, adalah suatu proses di mana sampel biologis seperti darah, urine, atau rambut dianalisis untuk mengidentifikasi keberadaan obat atau metabolitnya. Dalam konteks ganja, pengujian seringkali dilakukan untuk mendeteksi keberadaan THC atau metabolitnya, terutama untuk tujuan pengujian narkotika di tempat kerja, sistem peradilan pidana, atau penelitian medis.
Metode Pengujian THC:
1. Pengujian Darah:
Pengujian darah dapat mendeteksi THC atau metabolitnya dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan urine. Metabolit THC, terutama THC-COOH, dapat terdeteksi dalam darah hanya beberapa jam hingga satu hingga dua hari setelah konsumsi.
Sumber: Kintz, P. (2016). "Value of hair testing in postmortem toxicology." Forensic Science International, 265, 118–125.
2. Pengujian Urine:
Pengujian urine adalah metode yang umum digunakan untuk mendeteksi keberadaan THC atau metabolitnya. THC-COOH dapat terdeteksi dalam urine selama periode yang lebih lama, tergantung pada frekuensi penggunaan dan jumlah lemak tubuh.
Sumber: Goodwin, R. S., Darwin, W. D., & Chiang, C. N. (2008). "Slow excretion of Δ9-tetrahydrocannabinol in chronic cannabis users confirmed by controlled cannabinoid administration and urinalysis." Clinical Chemistry, 54(10), 1685–1693.
3. Pengujian Rambut:
Pengujian rambut dapat mendeteksi keberadaan THC atau metabolitnya dalam jangka waktu yang lebih panjang, karena zat tersebut dapat terkunci dalam struktur rambut selama beberapa bulan. Pengujian rambut umumnya digunakan untuk mendeteksi penggunaan jangka panjang.
Sumber: Kidwell, D. A., Holland, J. C., Athanaselis, S., & Wilkins, D. G. (2013). "Segmental hair testing to disclose chronic exposure to psychoactive drugs." Forensic Science International, 228(1–3), 126–132.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deteksi THC:
1. Frekuensi Penggunaan:
Penggunaan ganja yang lebih sering atau dalam jumlah besar dapat meningkatkan tingkat THC-COOH dalam tubuh, yang dapat terdeteksi lebih lama.
Sumber: Huestis, M. A. (2005). "Pharmacokinetics and metabolism of the plant cannabinoids, delta9-tetrahydrocannabinol, cannabidiol and cannabinol." Handbook of Experimental Pharmacology, 168, 657–690.
2. Komposisi Tubuh:
Individu dengan komposisi tubuh yang tinggi dalam hal lemak cenderung menyimpan THC-COOH dalam lemak tubuh, sehingga dapat mempengaruhi periode deteksi.
Sumber: Huestis, M. A. (2007). "Human Cannabinoid Pharmacokinetics." Chemistry & Biodiversity, 4(8), 1770–1804.
3. Metabolisme Individu:
Faktor-faktor genetik dan kecepatan metabolisme individu juga dapat memengaruhi seberapa cepat THC atau metabolitnya dihilangkan dari tubuh.
Sumber: Lemberger, L., Axelrod, J., & Kopin, I. J. (1971). "Metabolism and disposition of delta-9-tetrahydrocannabinol in man." Pharmacological Reviews, 23(4), 371–380.
Deteksi THC atau metabolitnya dalam tubuh tidak selalu menunjukkan tingkat pengaruh atau ketidakmampuan seseorang untuk berfungsi dengan baik. Selain itu, kebijakan pengujian obat dapat bervariasi antara yurisdiksi dan lembaga, dan individu yang akan diuji sebaiknya memahami konsekuensi hukum atau pekerjaan yang mungkin terjadi akibat hasil positif.